Waktu itu bulan Juni. Di luar bunga-bunga berkembang, matahari bersinar, dan John sedang menikmati sebuah hadiah natal.
Pada musim panas yang lalu, Danny, seorang anak di dekat tempat tinggal John menanyakan apakah ia dapat memotong rumput di halaman John dengan upah 2 dolar.
Kasihan anak ini, pikir John, mungkin ia mau mengumpulkan sedikit uang. Ia tidak tahu betapa kecilnya penghasilan seorang pensiunan guru untuk masa inflasi seperti sekarang. Halaman John kecil. John bisa memotong rumput sendiri. Dan 2 dolar ongkosnya terlalu besar bagi John. John terpaksa harus menolaknya.
Lalu musim gugur tiba, disusul musim dingin yang bersalju, dan halaman rumput itu terlupakan. Pada malam natal John sedang menggantung sebuah hiasan natal di pintu, waktu Danny datang lagi.
“Nah,” kata John sambil tersenyum padanya, “saya rasa halaman rumput itu tidak perlu dipotong hari ini.”
“Saya membawakan sebuah hadiah natal untuk Anda,” katanya, sambil memberikan sebuah sampul surat. Ia tampak sedikit malu dan cepat- cepat pamit pulang. John membuka surat itu dan John tidak akan pernah melupakan isinya, ditulis dengan huruf-huruf yang kekanak-kanakan.
Tetangga yang baik : Saya mempunyai hadiah untuk Anda. Musim panas mendatang, saya akan memotongi rumput di halaman rumah Anda sepanjang musim. Selamat Natal.
- Danny
Danny melakukan lebih dari sekedar memotong rumput di halaman John pada musim panas itu. Ia telah mengajarkan John bahwa hadiah yang pantas diberikan ialah memberikan diri sendiri. Natal tahun ini John mempunyai hadiah untuk tetangga-tetangganya. Sedikit kebaikan yang dapat John lakukan bagi mereka sepanjang tahun.
John berharap, seperti dirinya, mereka semua akan menikmati hadiah natal darinya waktu bunga-bunga berkembang dan matahari bersinar.
Hadiah natal tidak selalu harus berbentuk barang, tetapi sedikit tindakan kasih merupakan pemberian terindah bagi seseorang.
Sumber : Majalah renungan Kristen tahun 2008