(By : Anne Josephine Tanujaya – Tim Penulis Stand To Jesus)
Yunus 4:9 (IMB) Berfirmanlah Elohim kepada Yunus, “Pantaskah engkau marah karena tanaman itu?” Lalu Yunus menjawab, “Sepantasnyalah aku marah sampai mati.”
Kerap kali masalah dalam kehidupan kita membuat kita marah dan menyalahkan Tuhan dan bertanya mengapa Tuhan membiarkan hal itu terjadi. Manusiawi jika kita merasa lelah saat menghadapi persoalan hidup. Siapapun bisa mengalami hal demikian.
Tapi yang jadi pertanyaan adalah “Layakkah kita marah kepada Tuhan? Pantaskah kita marah kepada-Nya?” Ketika keadaan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan dan harapkan, kita lalu marah kepada Tuhan dan menuduh-Nya tidak mengasihi dan mencintai kita, kerap kali kita menuduh-Nya membenci kita dan tidak menganggap kita sebagai anak, kerap kali juga kita merasa diri kita dianak tirikan oleh Tuhan. Bukankah benar begitu?
Bahkan kata-kata firman yang berbunyi “Segala sesuatu akan indah pada waktunya Tuhan” pada akhirnya hanya dianggap angin lalu saja oleh kebanyakan orang karena rumitnya masalah hidup yang mungkin dialami sehingga firman Tuhan sulit masuk ke dalam hati orang-orang yang demikian. Kita juga tidak bisa menyalahkan mereka yang mengalami fase demikian, karena beban yang ditanggung dan dialami setiap orang pastilah berbeda-beda. Kita tidak bisa memaksakan standar kita kepada orang lain dan menyepelekan permasalahan orang lain, sebab setiap orang punya respon yang berbeda-beda dalam menghadapi permasalahan, ada baiknya kita memegang prinsip jangan menghakimi satu dengan yang lain tetapi belajar respect to each other.
Jika tidak bisa membantu orang lain dalam perkataan yang baik ataupun memberi nasehat yang baik, lebih baik diam saja dan bawa dia ke dalam doa, jangan sekali-kali menghakiminya, karena itu hanya akan menambah amarahnya dan menambah luka hatinya.
Jika sekarang yang sedang dalam posisi marah kepada Tuhan adalah saudara sendiri, percayalah saudara saya pun pernah marah kepada Tuhan akibat permasalahan yang saya alami. Tetapi kembali lagi, layakkah saya dan saudara marah kepada Tuhan? Bukankah jauh lebih baik jika kita belajar berserah kepada Tuhan ketimbang marah kepada-Nya? Saya sendiri juga pernah merasa bahwa amarah saya sama sekali tidak memberikan jalan keluar untuk permasalahan yang saya alami, sebaliknya malah membuat saya semakin stress dan tertekan.
Berbeda jauh ketika saya mulai menyerahkan semuanya sepenuhnya kepada Tuhan, disaat itulah saya merasakan bahwa beban saya terasa lebih ringan, memang masalah saya tidak selesai saat itu juga, ada proses yang harus dilewati tetapi toh pada akhirnya selesai juga karena pertolongan Tuhan. So, masih mau marah kepada Tuhan? Atau mulai berserah kepada-Nya dan menunggu keajaiban-Nya? Pilihan ada ditangan saudara.
God bless you ♥️♥️♥️