(Penulis : Dessy Ariadna – Stand To JESUS)
Apakah Yefta benar-benar menjadikan anak perempuannya sebagai kurban bakaran? Ini adalah pertanyaan yang seringkali menjadi polemik bahkan diantara para Teolog, orang-orang awam juga bahkan menganggap peristiwa Yefta sebagai hal yang menyeramkan karena nazar yang telah diambil Yefta yang mengharuskannya untuk mengorbankan anak perempuannya.
Tetapi yang jadi pertanyaan apakah Yefta benar-benar menjadikan anak perempuannya sebagai kurban bakaran? Mari kita lihat ini dari sudut pandang firman Tuhan mengenai apa yang boleh di jadikan kurban bakaran.
Dalam Perjanjian Lama tidak sembarangan hewan bisa dijadikan sebagai kurban bakaran, hanya jenis hewan tertentu saja, mari simak baik-baik ayat-ayat berikut :
Keluaran 20:24 (IMB) Buatlah bagi-Ku mezbah dari tanah dan haruslah engkau persembahkan di atasnya kurban-kurban bakaranmu, dan persembahan-persembahan pendamaianmu, kawanan dombamu dan kawanan lembumu, di setiap tempat yang Kutentukan menjadi tempat peringatan bagi Nama-Ku; Aku akan datang kepadamu dan memberkatimu.
Imamat 1:2-3 (IMB) “Berbicaralah kepada bani Israel, katakan kepada mereka, apabila seseorang di antaramu membawa persembahan hewan kepada YAHWEH, haruslah persembahanmu itu dari kawanan ternak, yakni dari lembu sapi atau dari kambing domba. Apabila persembahannya berupa kurban bakaran dari kawanan lembu, haruslah ia mempersembahkan seekor lembu jantan yang sempurna tanpa cela. Haruslah ia membawanya ke depan pintu masuk Kemah Pertemuan agar YAHWEH berkenan kepadanya.
Imamat 1:14 (IMB) Apabila persembahan untuk kurban bakaran kepada YAHWEH adalah berupa burung, maka ia harus membawa persembahannya berupa burung-burung tekukur atau anak-anak burung merpati.
Dan firman Tuhan menentang menjadikan manusia sebagai kurban bakaran bahkan Tuhan YAHWEH merasa jijik dengan perilaku bangsa-bangsa di sekeliling Israel yang bahkan bisa tega menjadikan anak-anak mereka sendiri sebagai kurban bakaran bagi ilah-ilah mereka.
Ulangan 18:10 (IMB) Janganlah didapati seorang pun di antaramu yang mempersembahkan anak laki-lakinya atau anak perempuannya sebagai kurban bakaran, sebagai seorang peramal, seorang penelaah, atau seorang petenung, atau seorang penyihir,
Dalam kasus Ishak, Tuhan YAHWEH tidak mengizinkan Abraham mengorbankan Ishak sebagai kurban bakaran, sebaliknya itu hanyalah tes bagi Abraham dan setelah lolos dari tes tersebut, Tuhan YAHWEH memberikan domba jantan yang tersangkut di semak belukar sebagai kurban bakaran ganti Ishak. Tuhan tidak benar-benar ingin Ishak dikorbankan.
Lalu bagaimana dengan kasus Yefta dan anak perempuannya? Apakah Tuhan akan bertentangan dengan firman-Nya sendiri hanya karena nazar yang Yefta ucapkan? Lalu benar-benar membiarkan Yefta menjadikan anak perempuannya sebagai kurban bakaran? Sedangkan firman Tuhan sendiri menentang keras manusia dijadikan kurban bakaran?
Jawabannya adalah : TUHAN TIDAK MUNGKIN BERTENTANGAN DENGAN FIRMAN-NYA.
Jika berpikir bahwa Yefta benar-benar mengorbankan anak perempuannya sebagai kurban bakaran di hadapan Tuhan, maka sudah jelas hal ini sangat bertentangan dengan firman Tuhan dan kehendak Tuhan, jadi jelas jawabannya adalah YEFTA TIDAK MENGORBANKAN ANAK PEREMPUANNYA SEBAGAI KURBAN BAKARAN.
Jika tidak, lalu bagaimana dengan nazar Yefta? Apakah dia tidak jadi melakukan nazarnya? Jawabannya YEFTA TETAP MEMENUHI NAZARNYA KEPADA TUHAN YAHWEH, tetapi tidak menjadikan anak perempuannya sebagai kurban bakaran karena itu terlarang dan ditentang oleh hukum Taurat. Jadi apa yang terjadi pada anak Yefta sebenarnya? Firman Tuhan sendiri sudah menjawabnya :
Hakim-hakim 11:37-40 (IMB) Kemudian ia berkata kepada ayahnya, “Izinkanlah aku melakukan hal ini, berilah aku waktu dua bulan lamanya supaya aku pergi dan mengembara ke pegunungan serta menangisi kegadisanku, aku dan teman-temanku. ” Yefta menjawab, “Pergilah! ” dan ia membiarkan anak perempuannya itu pergi dua bulan lamanya. Maka pergilah gadis itu bersama dengan teman-temannya, dan ia pun menangisi kegadisannya di pegunungan. Pada akhir dua bulan itu, ia kembali kepada ayahnya, dan ayahnya melakukan nazarnya atas anak perempuannya yang telah dinazarkannya itu. Jadi gadis itu tidak pernah mengenal pria. Dan telah menjadi adat di Israel, bahwa dari tahun ke tahun anak-anak perempuan Israel meratapi anak perempuan Yefta, orang Gilead itu, selama empat hari dalam setahun.
Anak perempuan Yefta tidak pernah mengenal pria, dia adalah seorang perawan, itulah sebabnya Yefta menangisi anak perempuannya karena dia hanya memiliki satu orang anak sebagai penerus keturunannya dan tidak ada anak lain lagi yang Yefta miliki, jika anak Yefta melajang seumur hidupnya, maka Yefta tidak punya penerus yang akan melanjutkan keturunannya. Anak perempuan Yefta tidak menjadi kurban bakaran karena itu terlarang dalam firman Tuhan, tetapi dia hidup selibat (tidak menikah) dan melayani Tuhan seumur hidupnya tanpa pernah mengenal laki-laki dan pernikahan, karena itulah firman Tuhan menyebut bahwa anak perempuan Yefta tidak pernah mengenal pria.
Hal ini juga diperkuat dan dikonfirmasi oleh E. W Bullinger dalam bukunya yang berjudul Great Cloud of Witnesses in Hebrews 11, E. W Bullinger menulis dalam bukunya bahwa anak perempuan Yefta hidup selibat dan tidak pernah menikah seumur hidupnya, itulah sebabnya Bible menuliskan bahwa anak perempuan Yefta “tidak pernah mengenal pria.”
Selain itu anak-anak perempuan Israel yang setiap tahun selama empat hari meratapi anak perempuan Yefta hingga hari ini dan telah menjadi sebuah adat di Israel, mereka meratapi kegadisannya dan bukan meratapi bahwa anak perempuan Yefta telah dijadikan sebagai kurban bakaran, karena memang anak perempuannya tidak pernah dijadikan sebagai kurban bakaran dan tidak mungkin dijadikan sebagai kurban bakaran karena itu bertentangan dengan firman Tuhan.
Hakim-hakim 11:39-40 (IMB) Pada akhir dua bulan itu, ia kembali kepada ayahnya, dan ayahnya melakukan nazarnya atas anak perempuannya yang telah dinazarkannya itu. Jadi gadis itu tidak pernah mengenal pria. Dan telah menjadi adat di Israel, bahwa dari tahun ke tahun anak-anak perempuan Israel meratapi anak perempuan Yefta, orang Gilead itu, selama empat hari dalam setahun.